BONDOWOSO - Di tahun 2020 Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) di Kabupaten Bondowoso, Jawa Timur mengalami peningkatan yang signifikan dari tahun-tahun sebelumnya.
Penyebab kematian ibu terbanyak, karena diakibatkan pendarahan dan keracunan kehamilan. Masing-masing jumlahnya ada 5 kasus.
Hal itu sebagaimana diungkapkan oleh Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Bondowoso, Mohammad Imron, Jumat (5/2/2021).
Imron juga mengungkapkan, penyebab kematian ibu hamil juga disebabkan karena terpapar covid-19.
"Ibu tersebut meninggal dunia karena penyakit penyerta. Beruntung, anaknya berhasil diselamatkan," ujarnya.
Imron menuturkan, masa kasus kematian ibu pada 2020, yakni pada saat hamil 7 kasus, bersalin 6 kasus, dan nifas 6 kasus.
"Penyebab lain, infeksi ada 4 kasus, jantung 2 kasus, emboli 1 kasus, dan Acute Fatty Liver of Pregnancy (AFLP) 1 kasus," ujarnya.
Sementara, lanjut Imron, kematian pada bayi dipicu oleh sejumlah masalah kesehatan.
"Paling banyak kematian bayi disebabkan karena berat badan lahir rendah di bawah 2,5 kilogram dengan jumlah 83 kasus. Kemudian, disusul Asfiksia sebanyak 29 kasus," ujarnya.
Imron menerangkan, rentang usia kematian bayi antara 0-11 bulan 29 hari. Paling banyak pada masa Neonatal atau 0-6 hari, yakni 110 kasus.
"Penyebab lain diantaranya, kelainan bawaan, infeksi, pneumonia dan diare," terangnya. Data bayi lahir hidup pada 2019 sebesar 10.838 jiwa dan sebanyak 10.710 jiwa di 2020.
Sedangkan Jumlah kematian ibu pada 2020 kata Imron, sebanyak 19 kasus atau 177,4/100.000 kelahiran hidup.
Sedangkan untuk kematian anak, lanjut Imron sebanyak 168 kasus atau 15,6/1000 kelahiran hidup.
"Pada 2019, kematian ibu berjumlah 14 kasus (129,2/100.000 kelahiran hidup) dan kematian bayi sebanyak 155 kasus (14,3/1000 kelahiran hidup)," bebernya.
Sementara, masih menurut Imron, jumlah tenaga kesehatan yang bertugas menolong persalinan masih kurang. Tak hanya itu, sarana prasarana untuk fasilitas persalinan di puskesmas dan rumah sakit plat merah Bondowoso juga terbilang masih perlu dilengkapi.
" Kalau di rumah sakit sarana prasarana yang kurang utamanya untuk penanganan berat badan lahir (BBL)," paparnya.
Katanya, di sisi lain, masyarakat Bondowoso masih mempercayakan dukun untuk menangani persalinan. Hal itu terjadi karena kurangnya pemahaman masyarakat.
Merujuk data Dinas Kesehatan Bondowoso, dia mengungkapkan, jumlah persalinan oleh dukun berjumlah 61 orang. Jumlah dukun bayi di Bondowoso diperkirakan ratusan.
"Kendati begitu, proses persalinan oleh dukun dari tahun ke tahun mulai menurun. Hampir semua dukun bayi sudah bermitra dengan bidan. Program kami, namanya kemitraan bidan dan dukun," pungkasnya.
Sekedar untuk diketahui, Angka Kematian Ibu (AKI) di Kabupaten Bondowoso di tahun 2013 adalah 206,4 per 100.000 kelahiran atau 22 kasus kematian ibu.
Tahun 2014 adalah 156, 2 per 100.000 kelahiran hidup (17 kasus kematian Ibu), 2015 adalah 187,9 per 100.000 kelahiran hidup (19 kasus) dan 2016 adalah 195,8 per 100.000 kelahiran hidup ( 20 Kasus kematian Ibu).
Sementara, untuk Kasus Kematian Bayi (AKB) tahun 2013 terjadi 187 kasus, 2014 yakni 186 kasus, 2015 ada 167 kasus, dan 2016 yakni 178 kasus.
Sedangkan jumlah dukun bayi tahun 2016 yakni 490 orang, dan yang telah bermitra dengan bidan 434 orang. Adapun Jumlah persalinan yang ditolong oleh dukun bayi di tahun 2016 yakni 510 persalinan.
» Klik berita lainnya di Google News SUARA INDONESIA
Pewarta | : Bahrullah |
Editor | : |
Komentar & Reaksi