SUARA INDONESIA JAKARTA

Ahmad Taufik, Penjual Mainan di Sekolah-Sekolah Bondowoso, Mampu Bertahan di Tengah Gempuran Pandemi Covid-19

Bahrullah - 23 December 2020 | 10:12 - Dibaca 4.23k kali
Features Ahmad Taufik, Penjual Mainan di Sekolah-Sekolah Bondowoso, Mampu Bertahan di Tengah Gempuran Pandemi Covid-19
Ahmad Taufik saat memasarkan berbagai pot bunga miliknya di wilayah Kecamatan Sukosari Bondowoso. (Foto: Bahrullah/Suaraindonesia)

BONDOWOSO- Bencana internasional pandemi virus corona atau covid-19 belakangan ini yang terjadi telah membawa dampak yang sangat serius di segala bidang sektor kehidupan, tak terkecuali juga sangat berdampak secara ekonomi.

Begitupun yang juga terjadi di Indonesia. Akibat pandemi ini juga sangat berdampak terhadap orang-orang yang menggantungkan hidupnya pada sektor perdagangan baik makro maupun mikro.

Semenjak diliburkannya sekolah terkait mewabahnya virus Covid-19 beberapa waktu lalu, membuat sebagian orang kehilangan langsung mata pencahariannya.

Mereka yang sangat merasakan langsung dampaknya adalah pedagang yang sering berjualan di sekolah-sekolah, baik pedagang makanan, minuman, mainan, dan jenis-jenis dagangan lainnya. Namun dibalik semua persoalan itu, ada sosok penjual mainan yang sanggup bertahan di tengah pandemi covid-19.

Dia adalah Ahmad Taufik, warga Desa Padasan Kecamatan Pujer Kabupaten Bondowoso, yang berjualan mainan sejak tahun 2004 ke setiap sekolah-sekolah yang sering mangkal di daerah Kecamatan Sukosari dan Sumber Wringin.

Sebagai pedagang keliling yang menggantungkan pendapatan dari keramaian seperti pada anak sekolah ini, harus gigit jari selama pandemi Covid-19. Taufik tidak bisa berbuat apa-apa namun lantas ia pun tak pasrah dengan keadaan yang ada.

“Semua langsung anjlok saat sekolah mulai diliburkan,” kata Ahmad Taufik, Rabu (23/12/2020).

Imbasnya ia rasakan, penghasilan hariannya yang kadang mencapai sekitar Rp 850 ribu bahkan lebih, kini hanya setengahnya saja yang bisa didapatkan setiap harinya. Pria dengan dua anak ini pun pasrah menghadapi kenyataan.

“Biasanya saya dapat Rp 850 ribu, kadang lebih. Semenjak anak-anak tidak ke sekolah. Kadang hanya Rp 300 ribu hingga Rp 400 ribu saja,” katanya.

Taufik terus berjuang untuk tetap bisa memenuhi kebutuhan anak istrinya dirumah. Ia terus berkeliling dari rumah ke rumah, dari desa ke desa untuk menjual dagangan miliknya. Namun usahanya kian merosot, karena dalam sehari paling banyak hanya mampu menjual beberapa buah mainan saja.

“Dari itu saya memutuskan untuk istirahat dulu. Ada sampai 5 hari tidak berjualan,” ujarnya.

Namun dengan kondisi seperti ini, menurut Taufik beristirahat bukanlah sebuah solusi bagi dirinya. Tanggung jawab terhadap keluarga membuatnya tetap harus memutar otak untuk bisa menghidupi anak-anak dan istrinya. Ia memutuskan untuk banting setir berpindah ke usaha lainnya.

Dengan melihat kondisi dan dengan pintarnya membaca peluang untuk tetap bisa bertahan dan untuk tetap mendapatkan keuntungan bahkan ditargetkan bisa lebih dibandingkan berjualan seperti biasanya.

Akhirnya ia memutuskan untuk berjualan pot bunga dengan metode yang sama yakni berkeliling memasarkan dagangannya itu.

Langkah yang diambilnya tepat, selama pandemi Covid-19 dan sekolah diliburkan. Bunga hias menjadi trend di beberapa daerah bahkan pula di Bondowoso, banyak orang yang memelihara berbagai jenis bunga di rumahnya. Yang secara otomatis pasti membutuhkan pot bunga.

Dengan pintarnya membaca situasi, akhirnya ia memutuskan untuk kulak berbagai jenis pot bunga berbahan plastik. Untuk pemasarannya, ia mengaku tak begitu sulit, karena dirinya sudah banyak kenal dengan warga di Kecamatan Sumberwringin dan Sukosari itu, Taufik atau Pak Faiz orang mengenalnya sebagai penjual keliling mainan.

“Alhamdulillah setelah saya beralih untuk berjualan pot, penghasilan saya sedikit demi sedikit kembali normal. Banyak masyarakat yang berburu pot bunga sejak masa pandemi ini,” ujarnya pada wartawan.

Tak hanya pada warga yang suka menanam tanaman hias saja, ia juga menawarkan dagangannya itu. Taufik pun mencari para pebisnis tanaman hias di kawasan ia berjualan untuk menawarkan pot bunga berbahan plastik miliknya itu.

Dan akhirnya hasilnya pun memuaskan baginya. Para penjual tanaman hias yang didatanginya memborong jualannya itu.

“Kalau yang jualan bunga itu, biasanya kalau beli banyak,” akunya.

Sedangkan untuk mendapatkan penghasilan tambahan, dirinya bekerjasama dengan penjual tanaman hias dengan membantu menawarkan bunga hias pada warga-warga.

“Lumayan lah ada yang beli bunga juga, buat tambahan. Seperti pribahasa itu dik, menyelam sambil minum air. Jadi kalau ada peluang, mengapa tidak dicoba” kata Taufik menginspirasi.

Disamping itu, pria penjual keliling dengan motor yang diberikan keranjang diatasnya untuk membawa barang dagangannya ini. Tak hanya berkeliling ke pedesaan, ia pun memasarkan jualannya di pusat kota Bondowoso, yakni di sekitar Alun-alun RBA Ki Ronggo setiap akhir pekan.

“Dari Senin sampai Sabtu saya keliling ke daerah Sukosari dan Sumber Wringin. Kalau hari Minggu saya jualan di Alun-alun. Lumayan peminatnya banyak juga, kadang dapat Rp. 800 ribu sampai lebih,” paparnya.


Dengan lihainya membaca keadaan akan maraknya warga yang memelihara tanaman hias dirumah-rumah. Ia berinisiatif untuk bekerjasama dengan penjual rak bunga. Karena menurutnya, untuk mempercantik rumah dan tanaman hias, warga juga membutuhkan rak bunga.

Ternyata usahanya yang sudah dicoba tak sia-sia, dia pun bekerjasama dengan pedagang rak bunga yang tak lain adalah tetangganya sendiri. Untuk sistemnya, ia mendapatkan upah dari hasil penjualannya itu.

“Sistemnya ke saya upah, satu rak bunga saya dapet Rp. 50 ribu. Yang sudah dijual ada sekitar belasan rak bunga. Alhamdulillah ada tambahan lagi.”paparnya.

Mendengar informasi bahwa sekolah akan dibuka dan siswa akan masuk kembali. Ia pun kulakan mainan terbaru dan juga masker untuk anak sekolah.

“Informasinya sekolah akan masuk. Untuk persiapan saja, saya kulakan mainan tapi sedikit dulu. Selain mainan saya kulakan masker juga,” jelasnya.

Akan tetapi, jika nantinya sekolah benar-benar masuk, tak lantas ia akan meninggalkan usaha berjualan pot bunga miliknya itu. Ia akan tetap membawa pot-pot bunga untuk dipasarkan. Karena selama ia berjualan mainan keliling, tak hanya Sekolah Dasar yang menjadi sasaran.

“Pot bunga tetap saya jual. Kan saya jualan mainan bukan cuma di SD, tapi ke TK juga. Kalau anak-anak TK kan di antar orang tuanya. Biasanya ibu-ibu yang suka bunga hias. Saya optimis, Insyaallah laku,” tandas Taufik saat memasarkan dagangannya itu. (*)

» Klik berita lainnya di Google News SUARA INDONESIA

Pewarta : Bahrullah
Editor :

Share:

Komentar & Reaksi

Berita Terbaru Lainnya